Minggu, 10 Mei 2015

Antar 1 nyawa untuk Bumi

**Iwan dengan Pohon jeruknya

Melanjutkan program Water For Life di desa Sarijadi Cisaranteun Cianjur yang sebelumnya di gagas oleh teman2 dari Menembus Batas Indonesia Dan Indonesia Motoris. Pada hari Jumat tanggal 1 Mei 2015 kami berusaha untuk melihat perkembangan sejauh mana manfaat dari kegiatan sebelumnya yaitu menyalurkan Air bersih dari mata air menuju desa Sarijadi.
Piknik kali ini diikuti oleh 19 Piknikers 2 dari Bandung 1 dai Jogjakarta dan sisanya dari daerah Jabotabek, Untuk yang dari daerah Jabotabek hampir semuanya berangkat dari Chek point pertama yaitu pom bensin Warung Jambu pada jam 2 pagi. Setelah dinanti semuanya jam 3 pagi kita start dari sini dan melaju di dinginnya jalur Puncak hingga Cianjur. kurang lebih membutuhkan waktu 45 menit saja karna jalan yang lengang dan sepi. sembari mengisi tangki bahan bakar masing masing kami chek kondisi pohon yang kami bawa dan banyak yang rontok daunnya karna tidak dibungkus sehingga berterbangan di tiup oleh kencangnya angin saat itu. Setelah semua siap perjalanan kami lanjutkan kembali menuju Cibeber untuk melaksanakan kewajiban Sholat Subuh dan benar saja sesampainya di Cibeber kami melakukan regrup dan sarapan lontong sayur sebelum dilanjut lagi menuju curug Citambur, Dicurug citambur Ari, Sutris, Ucup dan Joni menyempatkan main kedalam sana, sedangkan kami sisanya berkumpul di sebuah warung kopi untuk beristrahan maklum masih banyak yang belum tidur semalam dikarna mengejar berangkat dini hari. setelah istrahat dirasa cukup kami memecah rombongan menjadi 2 kloter yang sudah fresh dipimpin oleh saya melanjutkan perjalanan menuju rumah makan sebelum pintu gerbang Sumbul, sementara yang masih butuh istrahat melanjutkan perjalanan sembari menunggu. Jalur perkebunan cibuni sangat bervariasi dari mulai rusak sampai mulus bener. Dan di pertigaan kebun teh ini sahabat dari Jogja ( Ipank) sudah menanti, langsung saja Ipang ikut dalam rombongan menuju rumah makan di pintu gerbang sumbul yang mana Dya dan Sum dari bandung serta Unay dan Rizwan ( warga Sarijadi ) sudah menanti. Perjalanan saat itu sangat dingin dan gelap karena awan hitam seperti tertuju pada hutan Sumbul.
Sembari regrup dengan rombongan kami mengisi kekosongan perut dengan beraneka ragamnya menu pilihan di warung dan menyiapkan ransum untuk bekal diperjalanan, akhirnya setelah semua selesai perjalanan kami lanjutkan menuju Sarijadi melewati hutan Sumbul. 










** 200 meter pertama masuk

Baru masuk saja jalan sudah tidak karuan karna baru saja dilewati 9 rombongan vitara 4WD dan truk tentara yang sedang berlatih, apa daya jalan yang sedang di rehabilitasi karna rusak berat akibat para pecinta off road yang bermain disini semakin memperlihatkan bahwa itu bukan jalan!!! kwakakakak... tapi tidak ada menyerah, jatuh bangun kita lalui sampai akhirnya kami terpecah menjadi 3 bagian. Saya, PurOne, Jibeng, Sigit dirombongan pertama berhasil menyalip semua Vitara dan sumbul perlahan tapi pasti mulai memperlihatkan keperkasaannya dengan menumpahkan air hujan disertai angin. kami pun bukan jatuh bangun lagi tapi jungkir balik saat itu medan kami siasati dengan segala keterbatasaannya sampai dimana kita sadar batas kemampuan manusia tidak mungkin bisa melawan alam milik Allah ini. Akhirnya singkat cerita jam 5 : 30an perjalanan saya dan PurOne lanjutkan dengan berjalan kaki sementara Jibeng dan Sigit masih berusaha melanjutkan. Terfikir bagaimana dengan kondisi teman teman yang lain dibelakang sana, apakah rest juga atau melanjutkan perjalanan, tidak ada yang tau karna tidak ada signal disana, sampai akhirnya kami bertemu rombongan kedua Iwan, Kanif, Nano dan Bangkit yang mengabarkan bahwa rombongan yang lain terpaksa tinggal ditengah hutan, dan seperti perkiraan kami berempat bahwa rombongan pertama memiliki beban untuk mencarikan mereka ransum dan tenda untuk menginap. Tapi yang pasti bukan kami yang menyediakan karna kondisi kami pun sudah drop semua, tujuannya cari rumah warga untuk bala bantuan.



** Soto sop aslinya lebih edun

Sepanjang perjalanan jalan kaki yang menghabiskan waktu 3 jam ini banyak sekali cerita seru dan sedih. Dari serangan Pacet ( semacam lintah ) Ular, Halusinansi, Disorentasi dan tentunya kondisi fisik yang semakin menurun. Dalam perjalanan jalan kaki ini pun rombongan terpisah menjadi tiga, ada yang tidur di jalan ada yang memapah, ada yang gandengan sampai yang jatuh pun ada. setelah puas berjalan kaki akhirnya kami menemukan rumah tanpa ada listrik dan mencoba memberi salam dan yang terjadi tidak ada respon. Kami melangkah kembali kurang lebih 300 meter dari rumah pertama dan masih rumah tanpa listrik. Ah palingan sama kaya tadi tidak ada penghuninya, tapi kenapa ngak dicoba ucapkan salam dan Alhamdullilah di respon juga, tak pake mikir banyak saya langsung tanya "Ada air bu?" dan jawaban penuh cinta dari si ibu "ADA" Alhamdullilah jawab saya, selang beberapa detik saya tanya ada nasi bu? dia jawab tidak ada tapi kalo beras ada, nah cocok kita masak aja bu. dan pertanyaan ketiga apakah ada kamar mandi dia jawab ada di bawah. Tanpa malu saya bilang "apakah boleh menginap disini?" dan dijawab silahkan. Luar biasa bahagianya saat itu, tapi sedih sambil memikirkan teman teman yang terpaksa menginap di gelap dan gulitanya hutan Sumbul.
Setelah sampai tenyata di rumah pak Sule yang memberi kami makan dan minum serta penginapan pak RT dan Orang tua Kinai menyusul membawa makanan karna khawatir kondisi kami yang belum juga sampai di jam 9 malam. Kami pun meminta beliauw untuk lanjutkan perjalanan menuju teman teman dihutan karena kami merasa sudah aman di sini.
Hari berganti dan kondisi teman teman mulai melanjutkan perjalanan, bahkan Dya dan Rizwan melanjutkan dengan berjalan kaki. Kami meminta bantuan warga untuk dorong motor kami semua agar bisa keluar dari hutan, Sampai akhirnya semua sudah keluar kami pun melanjutkan perjalanan ke desa Sarijadi dan disambut haru warga disana.
Kegiatan di desa Sarijadi kami isi dengan cerita bagaimana cara mensiasati medan kemaren yang kami tempuh bersama dan tentunya api unggun sambil makan nasi liwet, aih sedapnya.
Pagi menjelang para serdau hantu ( nama yang diberikan warga Cisaranteun pada kunjungan sebelumnya ) mulai bersipa siap merapihkan bawaan karena perjalanan masih jauh dan melewati jalur belanda yang menguras tenaga, sayang kamera sony ngadat jadi gambar tidak ada yang diambil pada saat perjalanan pulang. Rombongan pun terpecah banyak karena masing masing punya tujuan dan kepentingannya sendiri, sampai Akhirnya lewat grup WhatsApp terdengar kabar bahwa semua sudah sampai rumah masing masing jam 12 malam kecuali Ipang yang menuju Jogja karena bermalam di Ciamis.  Mungkin cerita dan foto dari Revalino di Photo 1 dan Cerita perjalan serta Video slide show perjalanan atau photo photo dari Ipang di Cerita dan foto dari Ipang. Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa berbagi dan mensiasati medan bersama semangat dan sisa sisa tenaga yang harus kami hadapi saat itu.
** Satu nyawa untuk bumi

** Para serdadu hantu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar